IMSAK: Antara tradisi dan bias terminologiOleh: Abinya Hanfeiz
Bulan Ramadhan di Indonesia pasti kita sudah tidak asing lagi dengan penggunaan kata
imsak. Imsak pada umumnya dipergunakan masyarakat sebagai penanda untuk bersiap
berpuasa.
Secara etimologi Kata imsak berasal dari Bahasa arab amsaka-yumsiku-imsakan, yang
artinya menahan. Sedangkan secara terminologi adalah menahan dari sesuatu yang dapat
membatalkan (puasa) dari terbitnya fajar (waktu shubuh) hingga tenggelam ( waktu maghrib).
Jadi bedanya dengan puasa apa? Jawabnya ya tidak ada. Karena arti puasa itu ya menahan,
imsak dari syahwat perut dan syahwat farj.
Al-Qur’an sendiri memberi Batasan yang jelas tentang imsak, yaitu :
Kapan waktu terbaik untuk sahur? Nabi Muhammad Saw biasa mentakhirkan makan sahur. Diriwayatkan dalam hadits:
Kapan penamaan jadwal imsakiyah bermula?
Perlu diketahui, asal-usul sejarah Imsak ini bermula dari jadwal Imsakiyah yang pertama
kali dicetak di Mesir saat pemerintahan Muhammad Ali Pasha, Gubernur Mesir yang bertugas
pada masa Ottoman, tepatnya antara 1805-1848.
Imsakiyah diperkenalkan pertama kali pada Ramadhan 1262 Hijriyah atau September 1846
M. Imsakiyah pertama kali diterbitkan dalam sebuah media bernama Bulaq dan disebut
Imsakiyah Wali Al-Nu’man. Jadwal imsakiyah dicetak pada selembaran kertas warna kuning
dengan ukuran 27 x 17 cm. Sejak itulah jadwal Imsakiyah berkembang dan diadaptasi ke negaranegara berpenduduk muslim termasuk di Indonesia.
Jika merujuk perkembangan ilmu falak dan awal mula pengenalan jadwal Imsakiyah di
Mesir dapat diduga penyebarannya pertama kali di Nusantara dibawa oleh Syekh
Abdurrahman bin Ahmad al-Mishra. ulama ahli ilmu falak asal Mesir yang datang ke Nusantara
tepatnya di Betawi, pada Tahun 1896. Besar kemungkinan, dari jalur inilah jadwal imsakiyah
diperkenalkan di Indonesia.
Problematika seputar imsak
Banyak orang gagal paham dan menjadikan hadits ini dalil untuk memakan sahur walau
adzan sudah terdengar. Padahal yang dimaksudkan dalam konteks ini bukan seperti itu.
Di masa Nabi ada dua adzan; adzan pertama adalah adzannya Bilal sebelum fajar dan kedua
adalah adzannya Ibnu Ummi Maktum yang dilakukan saat fajar subuh telah tiba. Instruksi Nabi
Muhammad pada para sahabat tentang masing-masing adzan itu adalah sebagai berikut :
Apakah jadwal Imsakiyah itu salah?
Tidak dapat dikatakan seperti itu. Karena sebenarnya jadwal imsakiyah yang dibuat itu
adalah sebagai bentuk ikhtiyath/ kehati-hatian. Biasanya 10 menit sebelum masuk waktu fajr.
Darimana bilangan 10 menit itu? Tentu dari hadits diatas yang bilang bahwa jarak waktu sahur
ke sholat shubuh adalah 50 ayat. Maka para ulama mendefinisikan itu kira-kira 10 menit.
Perlu kebijakan dalam berpikir dan kelapangan dada untuk menerima segala perbedaan
dalam memahami konteks agama. Kita sebagai orang awam tidak dituntut untuk berijtihad
sebagaimana mereka para ulama. Kita hanyak bisa mengikuti dan mencerna sebatas
pengetahuan kita saja. Jadi kesimpulannya, kita bisa mengikuti jadwal imsakiyah sebagai sebuah
tradisi, namun tidak memahaminya dalam hal terminologi, hanya penamaannya saja yang
berbeda.
Wallahu ‘alam bi shawab.