تأملات في الدعوة (02)

تأملات في الدعوة (02)

Sebuah realita, kerap kali dakwah Aswaja yang digaungkan oleh para ulama mengalami kegagalan di lapangan. Malah kerap kandas sebelum berlayar jauh kelautan. Apa penyebabnya? Setidaknya ini menurut pengamatan penulis sebagai bagian dari aktivis dakwah.

1. Disorientasi dakwah

Banyak kelompok-kelompok pengajian berlomba-lomba memperbanyak jumlah Jama’ah sendiri. Para jama’ah nya dituntut memiliki skill marketing, tujuannya tidak lain agar mengajak sebanyak-banyaknya orang untuk hadir dan duduk di majelisnya. Walau terkadang dijumpai juga para marketer ini kurang dilengkapi dengan ilmu dan adab yang baik. Sehingga masih juga terdengar ia menjual nama majelisnya tetapi merendahkan dan menjatuhkan majelis yang lain, padahal sama-sama Aswaja.

Model dakwah jenis ini seperti kehilangan atau mengalami disorientasi dakwah. Karena tujuan dakwah sejatinya adalah : Li’ila kalimatillah, meninggikan nama Allah. Bukan meninggikan nama majelisnya sendiri.

Apabila ada banyak majelis Aswaja yang tumbuh disekitarnya, maka seharusnya ia senang dan bahagia. Karena berarti beban dakwah dapat terbagi, dan kerja pasti menjadi lebih ringan.

Hadirnya majelis-majelis tidak boleh dilihat sebagai kompetitor atau saingan yang harus dihabisi, melainkan sebagai mitra dakwah yang harus dijabat erat tangan, digandeng untuk tujuan yang satu, *meninggikan nama Allah*.

Pada akhirnya diharapkan terjalin hubungan yang harmonis dan ujungnya adalah kolaborasi dalam dakwah. Solid dalam perjuangan Aswaja di bumi Indonesia.

Dengan demikian rongrongan dari kelompok-kelompok minoritas yang gak jelas seperti WAHABI seharusnya dapat diberantas habis ketika masih menjadi benih.

 

Bersambung…

بواسطة: أبو حنين

ترك الرد

Your email address will not be published.

المنزل
الأخبار
التبرع
جدول