Minallah, ‘alallah, Ilallah

Majelis Izharul HidayatSeorang mukmin harus memiliki prinsip didalam hidupnya. Prinsip itu sebagai _guide line_ yang akan memandunya untuk mencapai tujuannya.

Namun harus disadari bahwa tujuan atau orientasi seorang mukmin harus diambil dari Al-Qur’anul Karim. Bukankan Allah SWT telah memberikan arahan yang jelas mengenai hal ini :

وَمَا خَلَقْتُ ٱلْجِنَّ وَٱلْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
“Tidak Aku ciptakan Jin dan Manusia kecuali untuk beribadah kepada Ku.” (Adz Dzariat : 56).

Maka seorang mukmin akan menempatkan semua amalan atau aktifitas yang dilakukannya di dunia semata-mata sebagai bentuk peribadahan kepada Allah SWT. Oleh karena itu slogan Minallah, ‘alallah, Ilallah tepat untuk mengingatkan kita supaya tetap _on the track_ sampai kepada tujuan kita.

*Minallah*, berarti dari Allah. Semua yang kita dapatkan di dunia ini adalah dari Allah. Semua yang berbentuk materi ataupun immateri adalah pemberian dari Allah SWT.

Sebagaimana seorang yang merasa bahagia ketika diberi oleh orang yang dikasihinya, pun selaiknya kita seharusnya bahagia terhadap segala pemberian dari Allah.
Besar, kecil, banyak, sedikit, bagus atau kurang bagus pemberian tersebut, harus kita maknai sebagai hadiah yang patut kita syukuri. Karena kita melihat *siapa yang memberi, bukan apa yang diberi.*
Seorang mukmin yang sudah melekat prinsip _minallah_ ini tidak akan bersedih ketika dirinya tidak beruntung dalam hal dunia. Pikirannya selalu positif, karena menganggap ini adalah yang terbaik yang diinginkan Allah SWT. Inilah yang disebut dengan Qana’ah.

*’Alallah.* Artinya Atas (keridhaan) Allah. Semua yang kita lakukan di dunia ini seharusnya bertujuan hanya mengharapkan keridhaan Allah SWT. Keridhaan dalam artian semua yang Allah kehendaki dari kebaikan.

Oleh karena itu seorang mukmin ketika melakukan suatu amal maka seharusnya dia akan menanyakan kepada dirinya sendiri, apakah hal ini baik atau buruk menurut Allah? Allah suka atau tidak? Ridha atau tidak? Jika mendapatkan jawaban yang positif maka ia akan mengerjakan amalan tersebut. Dan sebaliknya, jika mendapatkan jawaban negatif maka ia akan mengurungkan niatnya untuk melakukan amalan tersebut.

Dan yang terakhir adalah *Ilallah*, artinya kembali kepada Allah. Semua hal yang kita lakukan harus dikembalikan kepada Allah. Ikhtiar tugas manusia tetapi takdir adalah milik Allah. Orang yang memiliki prinsip Ilallah tidak akan sedih atau kecewa, karena sejatinya semua sudah ketetapan Allah. Biarkanlah Allah yang merancang skenarionya sedangkan kita manusia hanya menjalankan. Toh sejatinya semua memang akan kembali kepada Allah,

الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُم مُّصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ
“Mereka yang jika ditimpa musibah berkata, Sesungguhnya kami semua dari Allah dan kepadaNya kami semua akan kembali .” (QS.Al Baqarah 156)

Oleh : Abinya Hanfeiz

Sekian.

Leave A Reply

Your email address will not be published.

Home
Berita
Donasi
Jadwal